Saya adalah penggemar Barcelona, pengagum tiki-taka, pecinta
semua aspek yang berkaitan dengan FC Barcelona. Seperti selayaknya fans lain,
saya kecewa jika Barca kalah dan senang dengan semua kemenangan Barca (tentunya
kemenangan di setiap laga El Clasico yang bisa mengalahkan nikmatnya jose
Cuervo). Berlebihan memang, tapi semua pecinta Barca akan sepakat jika kemenangan barca
di laga El Clasico merupakan kemenangan batin yang sangat luar biasa.
Kumpulan piala Barcelona sejak era Frank Rijkaard hingga Pep
Guardiola adalah bukti nyata betapa kehebatan Barca telah diakui dunia ditambah
gaya tiki-taka yang diterapkan, semakin
menambah keseksian Barca dimata dunia. Singkat kata, semua kelebihan yang
dimiliki Barcelona akan membuat saya orgasme dan tidak akan menyelesaikan
tulisan ini. So, silahkan cules deskripsikan dan imajinasikan sendiri.
Di luar pemberitaan tentang kehebatan Barcelona, saya sedikit
mengerutkan dahi ketika banyak pihak yang mengatakan bahwa Barcelona adalah
sekumpulan “Alien”. Dalam konteks ini, kata alien ditafsirkan sebagai sebuah
perumpamaan kehebatan Barca dari aspek permainan, baik individu maupun
kolektivitas. Kata ini sering saya jumpai diberbagai headline media cetak
hingga akun-akun berita di twitter (bahkan omelan lawan saya saat memainkan PES
13). Kata itulah yang entah mengapa kurang bisa saya terima dalam kamus
kecintaan saya terhadap barca. Hal itu yang kemudian memunculkan pertanyaan
dalam diri saya. Sehebat itukah Barcelona ?
Ketika artikel ini dibuat, saya tidak dalam keadaan menjadi sandra
seorang madridista, atau sedang dalam pengaruh marijuana, pengaruh alcohol,
atau zat apapun yang dapat menggadaikan fanatisme saya terhadap Barca. Namun
terlalu berlebihan jika kata alien disandingkan dengan kehebatan Barcelona
(terutama kemampuan individu). Pasalanya, dalam deskripsi di beberapa media
massa disebutkan bahwa kata alien adalah refleksi kehebatan Barcelona yang sudah
di luar nalar manusia. Dan itu yang membuat nurani objektif saya muncul.
Tidak salah memang jika cules sekalian sangat mendewakan
kehebatan pemain atau permainan Barca plus segudang prestasi Barca yang dapat
menjadi argumen cules saat debat bersama fans lain di twitter land. Tapi
mungkin kegiatan seperti itu diperuntukan bagi cules yang tidak menyaksikan
Matchday 4 liga champions saat barca bertemu Celtic di Glasgow. Sebuah tamparan keras bagi saya dan mungkin
bagi cules yang lain. Ya, Barcelona dikalahkan oleh tim yang dianggap tidak
mungkin mengalahkan Barcelona di atas kertas. Tergabung di grup G bersama Benfica,
Celtic, dan Spartak Moskow tentu tidak membuat seorang Tito Vilanova
kelimpungan. Celtic sendiri merupakan juara Scottish Premier League musim lalu
(Liga yang kerap dicap sebagai versi KW dari La Liga karena duopoli
Rangers-Celtic). Maka seharusnya juara Liga Skotlandia ini bisa menjadi lumbung
poin bagi para lawannya di grup tersebut terutama barca.
Namun sisi humoris Barca muncul saat pasukan Catalan dipaksa menelan pil pahit lewat 2 gol yang
disarangkan oleh pemain muda Celtic
Victor Wanyama dan Tony Watt. Meski malam
itu barca bermain offensif dengan catatan 84 % ball possession dengan 25 goal
attempts, barca tetap kalah. Gol messi di menit akhir yang sekaligus menjadi
gol ke- 300 nya bersama barca, hanya menjadi dessert tanpa main course.
Banyak opini di media bahwa malam itu Celtic memainkan
negatif football (Ultra defensif), namun
hujatan berbagai pihak tidak lantas menjadikan Barca sebagai pemenang. Bahkan
seorang Bernd Schuster yang notabene alumni Barcelona mengecam permainan yang
diperagakan Celtic malam itu. Matematika sederhana, yang mencetak gol lebih
banyak, dia lah pemenangnya. Dan Barcelona kalah !
Bagi cules yang masih
ingat pertandingan itu, silahkan utarakan apa saja soal bagaimana Celtic tak
berniat bermain bola karena mereka hanya memarkir 10 pemainnya di depan gawang. Kekalahan Barca malam itu memang sangat menyakitkan. Tapi kekesalan
saya justru muncul bukan karena kekalahan dari tim sekelas Celtic, melainkan
mendengar omelan para cules yang mengeluh tentang bagaimana Celtic bermain (tidak
menerima kekalahan). Hingga seorang
teman saya (fans liga inggris) meneriakan dengan lantang, “Apakah Barcelona
masih bisa disebut alien ?”
Jika Barca masih dianggap sekelompok alien, maka jornada 8 menjadi
bukti bahwa Barca adalah sekelompok manusia biasa. Masih ingatkah anda tim promosi sekelas
Deportivo La Coruna bisa melesakan 4 gol kegawang Valdes. Meski Barca menang 5
- 4, tapi 4 gol dari tim promosi sekelas Deportivo cukup membuat aib bagi lini
pertahanan Barca.
Penggunaan kata alien di berbagai media cukup membuat saya jengkel.
Seingat saya, baru kali ini sebuah klub sepak bola disejajarkan dengan makhluk
luar angkasa. Entah darimana kata itu pertama kali muncul, apakah sang penemu
kata alien untuk Barca adalah seorang alumnus NASA, atau bisa jadi sang penemu
kata adalah Will Smith karena sangat paham kehebatan alien di film Independence
Day. Siapapun itu dan argumen apapun, tidak akan bisa saya terima menurut
pemahaman saya pribadi.
Kehebatan apa yang membuat Barca direfleksikan sebagai alien ? jika kata itu tertuju pada prestasi, apakah 9 gelar UCL Madrid (dengan sangat berat hati saya harus menulis ini) tidak bisa mendapat gelar Alien ? Atau bagaimana dengan 19 gelar Liga Man. United ?
Andaikan kata alien itu menjadi 'mid' name dari nama Messi,
saya tetap tidak ingin mengeksploitasi kehebatan Messi sebagai alasan arogansi
saya untuk berdebat dengan fans lain. Bagi saya Messi hanyalah seorang anak
berbakat yang lahir di tengah maestro sepak bola dan di waktu yang sangat
tepat. Saya tidak menampik semua aksi jenius Messi di lapangan, tapi semua
gelar yang diraih Messi buka karena kinerja dirinya sendiri, ada Tito dan Pep
yang memberi pupuk bagi bakatnya, ada Xavi dan Iniesta yang dengan sabar melayani
semua permintaan messi, serta ada tim medis barca yang selalu mengontrol dan
menjaga agar Messi selalu dalam kondisi prima. Intinya, saya masih keras kepala
untuk menolak kata alien dalam nama Messi jika kata itu diartikan sebagai
kehebatan yang sangat sangat luar biasa.
Kalimat “Alien” bagi Barca pada hakikatnya merupakan bentuk propaganda media massa untuk menarik
khalayaknya. Sangat tidak salah jika media massa menggunakan kata tersebut,
karena memang media massa dituntut untuk menyuguhkan tulisan yang menarik bagi
pembacanya, yang menjadi masalah adalah saat kata tersebut terus menerus
diulang hingga menjadi identitas objeknya (Barca). Saya hanya tidak
menginginkan seorang cules menjadi arogan akibat dari penggunaan kata alien yang
seakan mencerminkan kesempurnaan Barca di dunia sepak bola.
Fanatisme memang sangat diperlukan dalam hal mendukung
sebuah klub. Namun terkadang sikap berlebihan bisa menjadi boomerang saat tim
kesayangan kita kalah. Terlepas dari semua superioritas Barca saat ini,
Barcelona tetap hanya sebuah klub yang sewaktu-waktu bisa kalah dan terpuruk.
Dalam hal ini saya mencoba melihat sisi lain
dari superioritas barca. Saya hanya tidak ingin para cules yang sedang “giting”
dalam pengaruh ke’alien’an Barca menjadi seorang yang congkak. Rentetan hasil
positif yang dilakukan pasukan Catalan saat ini tidak akan selamanya berjalan
mulus. Dalam dunia sepakbola tidak ada imun yang dapat menjamin sebuah klub
terbebas dari kekalahan tidak terkecuali bagi Barca. Kekalahan dari Celtic
merupakan sebuah bukti bahwa Barcelona adalah sekelompok manusia bukan Alien !!!
No comments:
Post a Comment