Entah mengapa saya sangat bersemangat saat rekor kemenangan Barca harus terputus akibat ulah Carlos Martinez dan pemain pengganti Imanol Agrretxe di menit akhir pertandingan. Meskipun kualitas tidur saya sedikit terganggu karena raut muka datar Xavi, hembusan nafas lelah Jordi Alba, hingga tundukan kepala seorang La Pulga. Ekspresi para pasukan Catalan bukan pertanda nihilnya mental juara yang
mereka punya, melainkan bentuk lelah beserta campuran sedikit kekecewaan
karena mereka harus menjadi korban balas dendam dari sang lawan. Saya yakini Barca tidak "kalah" melainkan sedikit terpeleset. Menurut saya, hal seperti ini lumrah terjadi, setiap klub sepak bola di dunia pasti pernah mengalami fase seperti ini.
Dalam kesempatan ini saya tidak ingin membahas mengapa Barca bisa kalah, mengomentari keputusan Alberto Undiano atas kartu merah yang diterima Pique atau menganalisa efektivitas strategi yang diterapkan Real Sociedad karena saya cukup tahu diri dengan pengetahuan saya akan strategi sepak bola. Namun tulisan ini saya buat sebagai tanda ucapan terima kasih kepada Philippe Montanier (pelatih Real Sociedad) yang telah berfikir keras untuk mengalahkan Barca, mungkin sang pelatih harus begadang semalam suntuk ditemani secangkir kopi dan coretan-coretan kertas, mengerutkan dahi dan tentunya menuangkan keilmuannya untuk mencari ramuan tepat bagaimana meredam ball-possesion Barca, dan ia berhasil. Didukung 32.000 fans La Real yang memenuhi semua kapasitas Anoeta Stadium, Sociedad secara dramatis menumbangankan Barcelona 3-2. Doa penduduk Basque terkabul lewat racikan jitu sang pelatih.
Kenapa saya harus berterima kasih ? saya tidak sebodoh itu jika anda mengira saya senang dengan kekalahan tim yang saya dukung. Namun menurut kaca mata saya, Barca harus kalah untuk menurunkan beban psikologis pemain. Sebuah kekalahan menjadi penting agar ruang ganti menjadi lebih kondusif. Sederhananya, layaknya sebuah balapan Formula 1, sebuah mobil harus melakukan Pit Stop guna mengganti ban, mengisi bensin dan yang lebih penting mengevaluasi apa saja yang harus dibenahi.
Istlah Pit Stop saya gunakan karena saat ini ekspektasi penggila bola di seluruh dunia khususnya para Cules sangat besar bagi Barca. Barca menjadi satu-satunya tim di liga besar Eropa yang belum pernah kalah. Jelas itu menjadi sebuah beban berat kala sebuah tim diwajibkan menjaga konsistensi. Para pendukung sebuah klub selalu menginginkan sebuah kemenangan demi mencapai kepuasan batin. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi para aktor lapangan. Para pemain Barca tampak lelah dengan semua ekspektasi dunia yang mengharapkan Barca selalu menang dan tampil memukau di setiap pertandingan. Tidak hanya itu, sorotan tajam media juga mempengaruhi suasana ruang ganti pemain. Hampir seluruh media di dunia memberikan ruang untuk pemberitaan seputar Barca. Dampaknya cukup vital bagi para pemain karena terkadang pemberitaannya terlanjur berlebihan.
Barca membutuhkan Pit Stop untuk mengisi tenaga, serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada di tubuh Barca sebelum mengarungi kompetisi yang masih panjang. Dan sebuah kekalahan dapat membantu Barca untuk berbenah. Kekalahan tadi malam sedikit membuat para anggota tim bernafas lega karena setidaknya beban sapu bersih kemenangan sudah tidak ditanggung oleh pundak Carles Puyol dkk.
Kekalahan kemarin malam bagi saya bukan akhir dari sebuah perang. kompetisi masih panjang. Aksi heroik Real Sociedad seharusnya bisa menjadi pekerjaan rumah serta cambuk bagi pasukan Catalan. Kekalahan itu pun tidak membuat posisi klasmen Barca terancam, Barca masih kokoh di puncak klasmen unggul 8 poin dari Atleico Madrid. Dan beruntunglah karena Real Sociedad-lah yang menyadarkan Barca. Setidaknya Barca tidak kalah dari rival terdekat di klasmen, dan yang lebih penting Barca tidak kalah oleh Real Madrid :D
Bagi para Cules tidak usah berkecil hati, esensinya kekalahan dapat membuat performa Barca kembali berkilau dan tentunya peluang Barca untuk juara sangat terbuka lebar. Barca is Human !